Pages

Kamis, 04 Desember 2014

Instrumen Penelitian

Instrumen

Pada dasarnya terdapat dua kategori instrumen yang

digunakan dalam penelitian, yakni :

a.  Instrumen digunakan untuk memperoleh informasi

     atau data tentang keadaan obyek atau proses yang      
     diteliti.
b.  Instrumen digunakan untuk mengontrol obyek atau

     proses yang diteliti.

Data kondisi obyek atau spesifikasi proses yang diukur

dapat diulangi dengan menggunakan dua instrumen tersebut.

Prinsip pemilihan instrumen, adalah memahami sepenuhnya tujuan penelitian. Oleh karena itu, tujuan

penelitian menentukan instrumen apa yang akan digunakan. Kadang, terjadi pula bahwa tujuan penelitian

ditentukan oleh telah tersedianya instrumen yang dianggap canggih, hal ini harus dihindari. Instrumen

canggih tidak selalu baik dan cocok dengan tujuan penelitian.

Syarat instrumen penelitian yang baik digunakan untuk mengontrol maupun mengukur variabel, yakni

akurasi (accuracy), presisi (precision), dan peka (sensitivity). Akurasi  instrumen pada hakekatnya

berkaitan dengan validitas instrumen. Apakah instrumen benar dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Presisi instrumen berkaitan erat dengan keterandalan, artinya kemampuan memberikan kestabilan

ketika dilakukan pengulangan pengukuran. instrumen yang baik adalah instrumen yang akurat dan presisi.

Kepekaan, penelitian yang ingin mengetahui adanya perubahannilai variable tertentu, membutuhkan

instrumen yang dapat mendeteksi bersarnya perubahan tersebut. Untuk mendeteksi perubahan makin kecil,

dibutuhkan instrumen yang makin lebih peka.


Referensi : Gempur Santoso, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. 2007

Senin, 10 November 2014

Cara menentukan ukuran sampel penelitian

sebagai contoh :

Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah tertentu. Kelompok masyarakat itu terdiri dari 1000 orang, yang dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1 = 50, Sarjana Muda = 300, SMK = 500, SMP = 100, SD = 50 (Populasi berstrata).

Dengan menggunakan tabel 5.1 (dalam buku Sugiyono hal. 128), bila jumlah populasi = 1000, kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya = 258. karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan. Dengan demikian masing-masing sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi. Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk kelompok S1 = 14, Sarjana Muda (SM) = 83, SMK = 139, SMP = 14, dan SD = 28.
S1        =          50/1000           X         258      =          12,90   =          13
SM      =          300/1000         X         258      =          77,40   =          78
SMK   =          500/1000         X         258      =          129,0   =          129
SMP    =          100/1000         X         258      =          25,8     =          26
SMK   =          50/1000           X         258      =          12,90   =          13
            Jumlah                                                                         =          259

Jadi, jumlah sampelnya = 12,9 + 77,4 + 129 + 25,8 + 12,9 = 258. Jumlah yang pecahan bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sampel menjadi 13 + 78 + 129 + 26 + 13 = 259.
            Pada perhitungan yang menghasilkan pecahan (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan ke atas sehingga jumlah sampelnya lebih 259. Hal ini lebih aman daripada kurang dari 258. Gambaran jumlah populasi dan sampel dapat ditunjukkan pada gambar berikut :
                              Populasi                                                                                         Sampel



Sumber : Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta






 

Blogger news

Blogroll

About